I work hard (he works hard) every day of my life. I work ‘til I ache in my bones. At the end (at the end of the day). I take home my hard earned pay all on my own.
Hujan dan sudah lama banget ngga mendengarkan lagu ini ketika sore dengan kondisi Jakarta yang basah. Bahaya memang nih spotify kalau di shuffle, munculnya suka ajaib dan bikin terbawa suasana. Lirik di atas relate banget ya dengan kondisi pandemi ini mehehe.. intinya kerja keras untuk bayar bill. Tenang, manusiawi kok. Tapi diselesain dulu ya kalau mau tenang cashflownya (wow tetiba berubah menjadi pakar financial planner :p). Saya yakin setiap orang pasti punya lagu yang akan membuat diam sejenak ketika muncul apalagi munculnya ketika hujan. Ngga tau kenapa kalau muncul lagu ini langsung teringat masa kuliah, masa dimana (sepertinya) sebuah proses berjalan dan berpengaruh terhadap profesi yang saya jalani saat ini. Jadi kalau mau mundur jauh ke tahun 2004, ketika kuliah saya secara ngga sengaja masuk ke unit kegiatan mahasiswa (UKM)“PADUAN SUARA MAHASISWA”. Awalnya memang audisi dulu (ngga niat tapi ikut audisi, mau lo apa sih Do!?) untuk mengetahui register suara saya di mana, apakah Tenor, Bariton, atau Bass. Hasilnya adalah saya diposisikan di register Bass. Untuk proses pelantikan ngga usah diceritain ya, intinya masih tatap muka kok bukan pelantikan online yang perkara lupa pakai ikat pinggang jadi viral. Oiya, biasanya cowok-cowok yang ikutan choir ada 3 kemungkinan, satu karena hobi, kedua karena cewek-ceweknya cantik dan manis (Ngaku lo semua!!!) dan yang ketiga karena ambisi tetapi kemampuan bernyanyi tidak mendukung yang ujung-ujungnya sangat diandalkan di bagian organisasi. Saya inget banget jaman itu masih buta baca partitur tetapi ngga buta nada apa lagi buta cinta (eh mungkin aja, jaman itu masih pakai istilah Rengat, remaja ngarep terus). Asli, bukan partitur not balok tetapi not angka. Jadi ya hanya bermodal hearing yang kuat ketika latihan. Lalu apa hubungannya dengan lirik lagu Somebody To Love-nya Queen Do?
Hubungannya banyak banget, dari segi lagu saya jadi mengulik banyak lagu-lagu Queen dan ternyata sangat berguna ketika sekarang siaran di most radio (bisa didengarkan melalui aplikasi NOICE ) dari segi referensi lagu dan vokal ketika siaran, ngga heran ya saya siaran di genre lagu-lagu 70s sampai 90s. Sepertinya saya baru sadar kenapa dulu di choir latihannya lagu-lagu 70s dan 80s, karena era itu merupakan karya yang paling gold, setuju? Coba deh dengerin rock ballad seperti Meat Loaf yang I’d Do Anything For Love, STYX, Air Supply dan masih banyak lagi. Ternyata tidak hanya berhenti di siaran, choir ini juga mengantarkan saya ke industri voice over talent yang dimana suara saya terbentuk karena setiap latihan choir harus ada yang namanya pemanasan dan latihan diafragma. Ini dia kenapa suara ada yang enak dan ngga enak didengar, jadi latihan pernapasan dan olah vokal ternyata bisa menentukan projection voice yang keluar dari mulut setiap orang.
“Do, suara lo empuk banget!”
“kok bisa sih teriak aja bisa enak didengar?”
“kayaknya suara gue cempreng deh, ngga enak didengar.”
Kalimat seperti ini yang sering membuat saya menahan tertawa ketika mendengarnya. Sebenarnya suara ngga ada yang ngga enak, jelek pun bisa dijual sesuai kebutuhannya. Masalahnya penggunaan perangkat bicaranya benar atau tidak? Awal sebelum masuk choir juga suara saya cempreng banget, tetapi karena sering warm up sebelum latihan dan pelatih choir saya selalu mengarahkan bagaimana cara menggunakan suara agar projectionnya sama mungkin alasan yang tepat kenapa suara saya bisa seperti ini. Salah satu latihan yang menurut saya paling berguna adalah latihan menggunakan otot diafragma supaya bisa menggunakan napas yang panjang. Saya masih ingat banget latihannya yaitu menarik napas dengan mengembungkan perut tanpa mengembangkan dada dan bahu naik, lalu menghembuskan napas dengan suara berdesis. Untuk durasi awal keluarkan napas dengan mendesis selama 4 detik, selanjutnya ulang lagi dengan menambahkan 2 detik menjadi 6 detik dan ulangi dengan menambah 2 detik. Challengenya adalah sampai berapa detik anda bisa menghembuskan napas dengan suara berdesis sampai perut kempes dan suara berdesis hilang. Yess!! itu dia latihan yang saya ingat dan beruntung banget bisa mendapatkan latihan itu tanpa harus mengeluarkan rupiah yang besar banget jumlahnya. Maklum, mahasiswa jaman itu dana terbesar adalah untuk ngeprint dan fotocopy 😀
Kembali lagi ke kutipan lagu di atas, jujur belum pernah sama sekali membawakan dan mempelajari partiturnya karena konon kabarnya semua lagu-lagu Queen butuh jumlah di atas 50 baru akan terasa kental gospelnya. Tetapi saya dan teman-teman choir di kampus saya pernah kok membawakan salah satu lagu Queen yang mudah tetapi sangat dalam liriknya.
Bring it back, bring it back. Don’t take it away from me, because you don’t know. What it means to me
Setuju donk lagu ini paling simple partiturnya (mana gue tau Do, gue bukan anak choir!). Karena dengan 20 orang saja sudah cukup kok untuk membawakan lagu ini. Tantangannya adalah karena lagu ini super smooth, fals sedikit ketahuan banget tuh, dan langsung botol soft drink melayang ke kelompok suara yang fals. Edan! kangen banget latihan choir lagi. Eh beneran loh saya itu masih butuh upgrade skill untuk update dan maintain kemampuan yang saya miliki. Pernah awal tahun mau bergabung ke group choir yang latihannya di jalan Wolter Monginsidi, tapi waktunya tabrakan sama jam siaran. Ya ngga bisa donk, akhirnya cari-cari lagi kelas apa yang bisa membantu melatih vokal dan diafragma. Ketemulah kelas teater yang dibuat oleh Ruth Marini yang memerankan sosok jahat di film “ketika iblis menjemput”. Nama kelasnya Actor Works, baru mau daftar eh Pandemi!!! ya kelar. “terus gimana dong Do?” ya solusinya karena masih siaran dan sering dapet script VO ya latihan dengan jam terbang dulu aja dengan review lagi di hari selanjutnya.
Kalau anda bertanya hasil yang paling signifikan dari latihan vokal selama choir apa, anda bisa lihat di halaman utama web saya ini di bagian portofolio. Kontras banget tuh di beberapa project yang saya kerjakan, ada yang register rendah banget, tinggi banget dan ditengah. Nah kalau yang heran kenapa suara saya bisa tinggi melesat ketika request dari klien di iklan Usagi Puff itu sepertinya karena saya sering olahraga dan berhenti merokok hahahaha teori dari pelatih choir saya yang bernama Uda Harry ternyata benar adanya. Iya, dia yang duduk di tengah bagian depan, nah kalau saya yang di bagian mana dari foto di atas tulisan ini? coba tebak dengan drop di colom comment 😀