Judul Pertama di Tahun Baru

Apa aktifitas pertama lo di 2022? biasanya kalau ngga sarapan ya olahraga. Kalau gue aktifitas pertama di tahun 2022 adalah menjadi infalan untuk mereka yang memiliki budget lebih di akhir tahun. Gue juga ngga ngerti kenapa gue malah mirip kayak anak-anak Gen-Z yang menjadikan kerja sebagai passion. Kalau ngga kerja sakaw gitu, lebih ke saldo rekening sih tepatnya. Jadi, kenapa tidak kita ambil saja infalan di tanggal 1 Januari 2022. I don’t know why kerja tuh is my passion. tetep.

Apakah ada yang merasakan sebuah perbedaan di malam tahun baru 2022 ini? Semacam merayakan sebuah kemenangan. Gue sih merasa seperti itu, karena 2021 itu berat banget. ya kita taulah di 2021 harus ada PPKM level dar der dor, terus berita duka yang bertubi-tubi ketika varian Delta hadir (turut berduka untuk lo yang kehilangan orang tersayang). Jadi ngga heran dan wajar kalau malam tahun baru ada yang liburan, ngumpul staycation, main kembang api dan semua kegiatan yang ngga bisa kita lakukan ketika di masa PPKM. Tenang aja halal kok bangun siang, kecuali kayak gue yang ngambil infalan.

Efek dari ngambil infalan adalah berlanjut ke “males pulang cepet”. alhasil gue manfaatin untuk makan bareng temen gue di sebuah cafe western di Menteng. Maple & Oak adalah sebuah hidden gem buat lo yang introvert, kalo ngga males nanti gue bakal bikin tulisan untuk Maple & Oak. Oiya gue ke sini karena emang pengen hening aja ngobrol sama temen gue. Gue percaya banget dari setiap obrolan yang tanpa membawa objek lain ke dalam perbincangan (baca: Ghibah) selalu ada hal baru yang bisa gue implementasikan ke kehidupan atau sekedar pengingat. Obrolan kali ini membahas tentang kejadian teman gue yang di tahun 2021 mengalami hal yang sangat viral yaitu Anxiety. Temen gue extrovert, setelah PSBB 2020 dia berharap semua kembali normal, tetapi punchline-nya kok malah muncul PPKM? untuk yang introvert mah pasti santai, tapi untuk temen gue yang extrovert justru tidak. Mau udah subscribe netflix, HBO Go, sampe trial Amazon Prime terus dicancel biar ngga masuk ke bill kartu kredit juga ngga ngaruh. Yang ada temen gue ini over thinking, ngga bisa tidur dan di kemudian hari pingsan. Kalau bahasa Lebanonnya “Njoprak”.

Dari situlah temen gue ini tergerak hatinya untuk ke psikolog. Gue lupa dan ngga tau kadar seseorang harus ke psikiater dan psikolog itu bagaimana, setidaknya temen gue ini paham kebutuhan mentalnya. Walaupun secara online tapi setidaknya dia sadar akan kebutuhan dirinya saat ini adalah ngobrol ke orang yang tepat untuk menetralisir keadaan di jiwanya. Dari obrolan kami berdua, temen gue ini mengambil 4 sesi untuk mengetahui apa dan bagaimana untuk menghadapi masalah yang ada di dirinya saat itu. Kalau gue sebagai orang awam sudah bisa mengambil kesimpulan temen gue ini anxiety karena merasa parno sebagai extrovert yang harus dibatasi pergerakannya ketika PPKM darurat berlangsung. Tetapi tentunya gue hanya bisa mengambil kesimpulan tanpa bisa memberikan solusi. Kembali ke temen gue yang memutuskan ke psikolog, ternyata ada sebuah pesan dari seorang psikolog temen gue ini yang menjadi sebuah pengingat juga untuk diri gue.

Kita boleh memikirkan suatu hal di masa depan yang bisa dihitung secara matematika, tetapi kita ngga perlu memikirkan hal yang belum terjadi tanpa bisa diprediksi.

Gara-gara statement dari psikolog ini membuat diri gue flashback ke tahun lalu. Sempet banget mikirin yang belum terjadi tapi ngga bisa dikalkulasi secara matematika. Contoh memikirkan yang bisa dihitung: kita punya gaji, terus mikirin bagaimana untuk bayar listrik, internet, belanja bulanan, bayar pajak, bensin. semua bisa dihitung dan kalau kurang bisa ketemu solusinya bagaimana. Nah, kalau yang ngga bisa dihitung secara matematika: Besok gue masih lanjut kontrak ga ya? gue kalau ngga lanjut kontrak terus gimana untuk bayar bill? nanti kalau begini terus keadaan kehidupan gimana nih? Gara-gara pemikiran yang kurang penting itu menjadikan gue lulus dan mendapatkan gelar sarjana. Dodo Harahap S.Cov Wislet University. Bukanlah sebuah mitos kalau penyakit bisa muncul karena selalu mikirin (kamu) yang ngga pasti.

Tetapi teman gue ini sudah bisa melewati itu semua. bukan cuma teman gue, kita semua. 2021 memang berat banget, makannya ngga heran kalau kemarin ketika pergantian tahun banyak yang merayakan malam pergantian tahun di mana-mana, di desa dan di kota. (Jelas yang paham lagu badmintonkurang-kurangin tidur larut). Selama itu bisa membahagiakan dan membuat imun naik lakukanlah. Sejauh ini di Twitter atau Instagram cukup sedikit sih yang gue temuin bahas bakar duit ketika lagi nonton kembang api. Udahlah ngga usah bahas kebahagiaan orang ketika lagi main kembang api dengan kalimat “ngga sayang apa duit dibakar?” diem nyet, lo aja posting kembang api yang lo tonton. Hiburan lo itu dibakar pake duit orang lain. Enjoy the show aja yes?

Senang sih bisa dapet cerita ini dari temen gue. sebuah pengingat bahwa musuh kita adalah pikiran tak menentu kita sendiri. Kalau dari buku pengembangan diri yang pernah gue baca ada judul bab yang berguna banget diterapkan di masa pandemi ini: “cobalah hidup di masa sekarang. Tanpa menarik hal yang belum terjadi di masa depan dan membawa hal yang sudah terjadi di masa lalu”. Semoga di 2022 ini kita bisa masa bodo amatan, bahagia, dan bisa merapihkan sesuatu yang berantakan di tahun lalu. Cuan? wajib! Berkah? Harus!! Happy New Year 2022. Perbanyak jajan online biar makin bahagia, jangan lupa bayar paylater. 🙂

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Hello,

If you need further assistance, our customer service team is ready to help you.